Senin, 14 Januari 2013

PENERAPAN METODE KOOPERATF TIFE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

DALAM PEMBELAJARAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IX C Semester I SMPN 5 Kuningan)
.
Oleh : Liseu Kurniati

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan metode kooperatif tife jigsaw. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana mengatasi rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Metode kooperatif tife jigsaw merupakan salah satu alternatif dalam peningkatan prestasi belajar  matematika siswa. Model dalam penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas, penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus.
Subyek penelian ini yaitu kelas IX C sebanyak 33 siswa di SMPN 5 Kuningan. Kompetensi dasar yang dibahas dalam penelitian ini adalah bangun ruang sisi lengkung. Intrumen penelitian ini adalah soal-soal ulangan formatif.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan penggunaan metode kooperatif tife jigsaw pada pembelajaran bangun ruang sisi lengkung prestasi belajar matematika siswa dapat meningkat, oleh karena itu para guru matematika diharapkan dalam pembelajaran menggunakan metode in
Kata Kunci :  Metode Kooperatif, Tife Jigsaw, Bangun Ruang Sisi Lengkung.

PENDAHULUAN
.
Upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, prilaku, pengetahuan, kesehatan, keterampilan dan seni. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapain kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil di masa datang. Dengan demikian, peserta didik memiliki ketangguhan, kemandirian dan jati diri yang dikembangkan melalui pembelajaran dan atau pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.
Pada masa sekarang dengan tuntutan mewujudkan masarakat seperti itu terasa sangat sulit, hal tersebut disebabkan karena prestasi belajar siswa yang rendah. Pada umumnya siswa yang mencapai KKM masih dibawah 50%, sedangkan menurut peraturan pemerintah harus mencapai minimal 85%. Peneliti merasa penyebabnya guru  selalu menggunakan metode yang sama pada setiap pertemuan. Sehingga siswa merasa bosan, jenuh dan bagi sebagian siswa ia merasa tertekan karena selalu didikte dan tidak diberikan kesempatan untuk memecahkan masalah yang diberikan gurunya. Berdasarkan hal itu, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk memecahkan permasalahan tersebut. Salah satu caranya yaitu dengan menumbuhkan rasa keberanian siswa agar siswa bisa memecahkan masalah-masalah dengan proses berpikir kelompok. Dengan belajar berkelompok ini biasanya siswa lebih berani mengungkapkan pendapat Tanya jawab  antar siswa atau bahkan memberikan sanggahan. Kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa akan membuat siswa memahami materi lebih dalam dan ingat lebih lama. Dengan metode yang membuat siswa lebih senang dan nyaman  dalam belajar diharapkan siswa lebih termotipasi dalam mempelajari matematika.
Sebagai upaya dalam memenuhi tuntutan itu maka diperlukan perubahan dalam proses pembelajaran yaitu dengan penggunaan pendekatan pembelajaran yang lain.Pendekatan yang sesuai dengan KBK ( kurikulum berbasis kompetensi ) yaitu pendekatan CTL, yaitu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan mereka. Pada pendekatan CTL salah satu metode yang bisa dipergunakan yaitu metode kooperatif. Kooperatif merupakan metode pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pada metode kooperatif yang dianggap lebih efektip untuk pembelajaran bangun ruang sisi lengkung adalah tife Jigsaw. Dalam pembelajaran jigsaw siswa belajar kooperatif (kerja sama) dengan sesama teman. Kelebihan jigsaw adanya kelompok (tiem) ahli yang membahas satu masalah sampai benar-benar dipahami anak.
Begitu pula dalam statistika setiap tiem memecahkan satu permasalahan setelah permasalahan diselesaikan kemudian saling memberi informasi, jadi kelebihan anak mengkonstruksikan pengetahuan dan pemahamannya sendiri. Dalam pembelajaran CTL Learning Community (masyarakat belajar ) merupakan hal yang harus diperhatikan, diantaranya pembelajaran dengan kooperatif learning. Tife pembelajaran yang termasuk kooperatif learning diantaranya Jigsaw. Pembelajarn dengan tife Jigsaw adalah pembelajaran yang menggunakan model tim ahli.
Langkah-langkah :
1.   Siswa dibagi kedalam 5 kelompok
2.  Setiap 2 orang dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda.
3.     Anggota dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari bagian / sub bab yang      sama   bertemu dalam   kelompok baru ( tim ahli ) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal  dan bergantian mengajar teman satu kelompok mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sunguh-sungguh.
4.   Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
5.   Guru memberi evaluasi.
6.   Menutup        
Mengingat luasnya permasalahan diatas dan untuk menghindari kekeliruan, penyimpangan arah dalam operasionalnya dan pembicaraan masalah lebih tepat sasaran, maka peneliti membatasi penelitian ini pada materi kelas IX  semester 5 dengan pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung dengan menggunakan penelitian tindakan kelas.
Dalam penelitian ini akan diteliti  pengaruh pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar siswa. Jika ternyata penelitian ini menunjukan hasil yang baik, maka pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas hasil belajar.
Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah menguji hasil  pembelajaran matematika dengan menggunakan metode kooperatif learning tife Jigsaw melalui penelitian tindakan kelas. Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan metode kooperatif learning tife Jigsaw dalam pembelajaran bangun ruang sisi lengkung.

METODOLOGI  PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMPN 5 Kuningan. Adapun yang akan menjadi  subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX C yang berjunlah 33 orang, dipilih sekolahnya tersebut sebagai tempat penelitian karena peneliti sedang bertugas di sekolah tersebut dan peneliti sudah mengetahui lingkungan sekolahnya. Dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang ditujukan untuk memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran, serta untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dan untuk mewujudkan tujuan-tujuan dalam proses pembelajaran tersebut.
PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat refektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek-prakrek pembelajaran di kelas, sehingga kondisi ini sangat menghambat pencapaian tujuan pembelajaran. Karena itu guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas agar minat siswa terhadap pembelajaran dapat ditingkatkan. PTK juga didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelasnya secara lebih profesional.
Menurut Lambas (2004 : 5) mengatakan bahwa Sesuai dengan pengertian-pengertian penelitian tindakan kelas dapat diidentifikasikan karakteristik penelitian tindakan kelas yaitu :
1.    Situasional artinya berkaitan langsung dengan permasalahan yang konkrit dihadapi guru dalam kesehariannya. Hal ini dapat berkaitan dengan mengdiagnosa masalah dalam konteks tertentu. Masalahnya diangkat dari praktik pembelajaran kesehariannya yang dapat dirasakan oleh guru atau siswanya atau keduannya.
2.    Kontekstual  artinya upaya penyelesaian atau pemecahannya demi peningkatan mutu pendidikan. Prestasi siswa, profesi guru dan mutu sekolah tidak terlepas dari konteksnya dengan cara merefleksi diri yaitu sebagai praktisi dalam pelaksanaan tugas-tugas kesehariannya sekaligus secara sistemik meneliti dirinya sendiri.
3.    Bersifat kolaboratif dan partisipatif antara guru, siswa dan individu lain yang terkait dalam proses dengan pemebelajaran yaitu suatu satuan kerja sama secara langsung atau tidak langsung dengan perspektif berbeda. Misalnya bagi guru demi meningkatkan profesionalismenya, bagi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Kolaborasi diantikan sebagai kerja sama saling tukar menukar ide untuk melakukan aksi dalam rangka memecahkan masalah.
4.    Bersifat self-evaluatif ( evaluatif dan reflektif) yaitu kegiatan modifikasi praksis yang dilakukan secara kontinu, dievaluasi dalam situasi yang ada dan terus berjalan, dengan tujuan akhir untuk meningkatkan perbaikan dalam praktik yang dilakukan guru.
5.    Bersifat fleksibel dan adaptif (luwes dan menyesuaikan) memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan. Adanya penyesuaian menjadikan prosedur yang cocok untuk bekerja di kelas yang memiliki banyak kendala yang melatarbelakangi masalah-masalah  di sekolah. Penelitian Tindakan Kelas lebih menekankan sifat tanggap dan pengujicobaan serta pembaharuan ditempat kejadian.
6.    Penelitian tindakan keles memanfaatkan data pengamatan dan perilaku empatik yaitu menelaah ada tidaknya kemajuan, sementara penelitian dan proses pembelajaran terus berlajan, semua informasi yang ada dikumpulkan, diolah, didiskusikan, dinilai oleh beberapa individu yang terkait untuk melakukan tindakan. Perubahan kemajuan dicermati dari waktu ke waktu dengan melakukan evaluasi formatif.
7.    Sifat dan sasaran penelitian tindakan kelas adalah situasional-spesifik, tujuanya pemecahan masalah praktis. Dengan demikan temuan-temuannya berguna dalam dimensi praktis tidak dapat digeneralisasi sehingga tidak secara langusng memiliki andil pada usaha pengembangan ilmu. Kejian permasalahan, prosedur pengumpulan data dan mengolehannya dilakukan secermat mungkin dengan mendasarkan pada keteguhan ilmiah.
Peneltian Tingkat Kelas PTK ini terdiri dari lima siklus dengan meteri statistika yaitu :
1.    Siklus pertama membahas tentang Tabung
2.    Siklus kedua membahas tentang Kerucut
3.    Siklus ketiga membahas tentang Bola
PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1.    Perencanaan (planning )
2.    Tindakan (action) diikuti oleh pengamatan (obeservation).
3.    Refleksi (refleksion)

 HASIL PENELITIAN
Dari hasil analisis nilai rata-rata, daya serap kelas, ketuntasan belajar kelas pada pembelajaran pertama sampai ketiga presentasi belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena keaktifan anak dalam proses pembelajaran meningkat mulai dari memahami konsep sendiri, kemudian diskusi untuk memantapkan pemahaman di tim ahli. Disaat dikelompok kecil terjadi proses pembelajaran yang cukup  serius dengan penyampaian dari masing-masing anggota dengan materi yang berbeda. Dengan adanya proses itu pemahaman konsep anak lebih mantap ditambah dengan pengerjaan soal-soal latihan. Selain itu didukung oleh kesungguhan dari siswa untuk memahami pelajaran yang diberikan oleh guru
Pada tahap sharing terjadi pembahasan konsep yang lebih matang dengan guru sebagai fasilitator, sehingga semua siswa bisa lebih memahami konsep yang sedang dipelajari. Sebelum tahap penutup yaitu siswa mengerjakan beberapa soal sebagai ulangan harian siswa menyimpulkan konsep yang dipelajari saat itu, hal itu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan rumus presentase daya serap dan ketuntasan belajar, untuk daya serap siswa sama dengan skor yang diperoleh dibagi skor ideal dikalikan 100 %. Siswa dikatakan tuntas belajar apabila daya serap siswa lebih besar sama dengan 75 %, sedangkan untuk daya serap kelas sama dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih besar dengan 75 % dibagi dengan jumlah seluruh siswa dikali 100 %. Selanjutnya dari data ulangan formatif setiap akhir siklus pembelajaran dilakukan analisis deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran  tentang prestasi belajar siswa yaitu daya serap, dan ketuntasan belajar tiap individu maupun klasikal.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata kelas pada pembelajaran pertama adalah 57,88, daya serap kelas 57,88 %, ketuntasan belajar kelas 54,55 %. Pada pembelajaran kedua nilai rata-rata kelas adalah 71,82, daya serap kelas 71,82 %, ketuntasan belajar kelas 60,61 %. Pada pembelajaran ketiga nilai rata-rata kelas adalah 81,82, daya serap kelas 81,82  %, ketuntasan belajar kelas 84,85  %.
Dari hasil pembahasan tentang prestasi belajar siswa, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode kooperatif  tife Jigsaw dapat menciptakan kondisi siswa aktif dan senang. Prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini diukur dari ketercapaian dan ketuntasan hasil belajar siswa. Ada sejumlah indikator yang dapat dijadikan tolak ukur  prestasi belajar, antara lain sebagai berikut :
1.    Siswa menguasai teknik dan cara mempelajari bahan pelajaran;
2.    Waktu yang diperlukan untuk menguasai bahan pelajaran relative lebih singkat;
3.    Teknik dan cara belajar yang lebih dikuasainya dapat digunakan untuk mempelajari bahan pengajaran lain; dan
4.    Siswa dapat mempelajari bahan pelajaran lain secara mandiri.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil pengolahan data selama 3 (tiga) siklus yang meliputi analisis ketuntasan belajar tiap siswa, ketuntasan belajar kelas, daya serap siswa pada pokok bahasan maka simpulan yang dapat peneliti kemukakan adalah metode kooperatif tife jigsaw cukup efektif untuk meningkatkan prestasi matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis ketuntasan belajar siswa dari siklus pertama sampai dengan siklus ketiga nilainya mengalami peningkatan baik nilai rata-rata, daya serap maupun ketuntasan belajarnya. Dengan adanya peningkatan nilai tersebut maka prestasi matematika siswa dikatakan meningkat.

Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran tife jigsaw di kelas IX C SMPN 5 Kuningan telah berhasil dan membawa dampak positif. Oleh sebab itu peneliti mengajukan saran dalam melaksanakan pengajaran matematika di sekolah sebagai berikut :
1.    Untuk lembaga pendidikan atau sekolah, agar memberikan perhatian yang lebih guna miningkatkan kegiatan belajar mengajar dengan mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana penunjang yang lebih lengkap.
2.    Untuk peneliti, agar melakukan penelitian yang sama dengan menggunakan model pembelajaran yang samauntuk cakupan materi berbeda dengan subjek penelitian berbeda dan lebih luas juga tempat penelitian yang berbeda.
3.    Untuk siswa penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih dalam pembelajaran matematika, sehingga siswa lebih serius dalam proses pembelajarannya.

Presentasi Ibu Liseu Kurniati, S.Pd dalam Lomba KTI PTK Hasil Kegiatan MGMP SMP Kabupaten Kuningan hari Kamis, 27 Desember 2012 di Gedung Guru/PGRI Kagupaten Kuningan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar