Senin, 14 Januari 2013

PENTINGNYA PENDIDIKAN SEKS SEJAK USIA DINI

Oleh ; HARTINI, S.Pd. (Guru BK SMPN 1 Kadugede)

        Zaman sekarang akses informasi tentang seks sangatlah mudah dan menyerbu anak dari segala penjuru, dari kiri..., kanan..., depan... dan belakang. Akses informasi tersebut diperoleh dari televisi, HP, internet, play station dll. Media informsi yang saat ini sangat dekat dengan keseharian anak-anak. Semua media informasi tersebut menyerbu anak-anak dan dikemas sedemikian rupa sehingga perbuatan seks tersebut dianggap lumrah dan menyenangkan. Dari mulai ciuman, pelukan, seks bebas, menjual keperawanan, ganti-ganti pasangan.
         Seksualitas adalah sebuah cermin yang menerangkan dengan jelas apa itu cinta, hubungan kekasih, sampai hal-hal seperti hak-hak seks dan kekerasan seks/ kejahatan seks. Pendidikan seksual bukan hanya bersikap terbuka pada anak tapi juga untuk melindungi mereka. Di negara kita telah banyak pelanggaran seksual yang menimpa anak-anak di bawah umur dan banyak pelaku kejahatan tersebut adalah orang-orang dekat seperti : kakeknya, pamannya, tetangganya bahkan ayah tirinya).
          Frida Mangunsong, seorang Doktor psikolog memaparkan:
“Anak balita hendaknya telah memperoleh pendidikan sex sejak dini. Hal ini berguna untuk mencegah timbul dan berkembangnya pikiran-pikiran negatif pada anak, terutama apabila anak sudah mulai menerima informasi dari media-media yang ada, seperti televisi, internet, buku, dll. Pendidikan sex sejak dini juga berguna bagi buah hati agar mereka dapat berhati-hati dengan perlakuan berbahaya yang mereka terima dari lingkungan sekitar mereka, seperti pelecehan seksual, dll. Orang tualah yang paling tepat untuk memberikan pendidikan sex sejak dini, karena keluarga adalah sekolah (wahana belajar) pertama bagi balita. Yang sangat ditekankan dalam pendidikan sex ini adalah pentingnya menjaga diri. Tubuhmu adalah milikmu, begitu prinsipnya. Anak-anak ini tak hanya paham soal anggota tubuh, tapi juga waspada dan hati-hati menjaganya”.

Sebenarnya orang tua wajib memberikan informasi yang benar dengan kadar-kadar yang sesuai dengan kapasitasnya, baik umur maupun psikis anak itu sendiri  (karena ortu yang lebih tahu akan kondisi anak). Jangan sampai ortu malah menutup-nutupi atau memberikan informasi yang tidak benar.
Disini bisa kita lihat bahwa komunikasi antara orang tua dan anak sangat penting dalam pendidikan sex usia dini (tidak cuma dalam pendidikan sek tapi semua).
          Dr. Boyke Dian Nugraha (seksolog) mengatakan : pendidikan tentang seks sebenarnya perlu diberikan orang tua pada anak sejak usia dini agar anak bisa lebih memahami keunikan dirinya. Dengan dimikian anak akan lebih percaya diri, mampu menerima keunikan dirinya sekaligus tahu bagaimana menjaga dirinya sendiri.
      Ada 4 tahap pendidikan seks bagi anak berdasarkan usia (menurut Dr. Boyke) :
1.     Usia 1 – 4 tahun
Orang tua disarankan mulai memperkenalkan anatomi tubuh, termasuk alat genital. Perlu juga ditekankan pada anak bahwa setiap orang adalah ciptaan Tuhan yang unik dan berbeda satu sama lain. Contoh : kenalkan ini mata, ini hidung, ini kaki, ini vagina, dll. Hal itu tidak apa-apa. Terangkan bahwa anak laki-laki dan prempuan diciptakan Tuhan berbeda, masing-masing dengan keunikan sendiri.
2.     Usia 5 – 7 tahun
Rasa ingin tahu anak tentang aspek seksual biasanya meningkat. Mereka akan menanyakan kenapa temannya memiliki organ-organ yang berbeda dengan dirinya. Rasa ingin tahu tersebut merupakan hal yang wajar. Oleh sebab itu orang tua diharapkan bersikap sabar dan komunikatif untuk menjelaskan hal-hal yang ingin diketahui anak. Bila anak laki-laki mengintip teman perempuannya yang sedang buang air, itu dikarenakan dia ingin tahu. Jangan hanya ditegur lalu ditinggalkan tanpa penjelasan. Tetapi terangkan bedanya anak laki-laki dan perempuan.
3.      Usia 8 – 10 tahun
Pada usia ini anak sudah mampu membedakan dan mengenali hubungan sebab akibat. Pada fase ini orang tua sudah bisa menerangkan secara sederhana proses reproduksi, misalnya : tentang sel telur dan sperma yang jika bertemu akan membentuk bayi.
4.     Usia 11 – 13 tahun
Pada usia ini anak sudah mulai memasuki pubertas. Ia mulai mengalami perubahan fisik dan mulai tertarik dengan lawan jenis. Pada masa ini orang tua harus berusaha melakukan pengawasan lebih ketat dengan cara menjaga komunikasi. Kalau anak merasa yakin dan percaya, ia bisa menceritakan apa saja kepada orang tuanya sehingga orang tua akan bisa mengawasi anak dengan baik.
          Jalan satu-satunya untuk menyikapi fenomena ini adalah kita harus membentengi anak-anak kita dengan nilai-nilai seksualitas yang benar yang dilandasi oleh agama. Kita tentunya ingin anak kita punya seksualitas yang sehat, benar dan lurus. Perbuatan seks yang dilakukan secara sehat tidak akan membuat dampak negatif pada fisiknya. Tentunya bukan melalui masturbasi atau berganti-ganti pasangan melainkan dilakukan dengan pasangan yang syah. Kita juga tentunya ingin anak-anak kita melakukannya dengan benar yaitu setelah menikah, karena semuanya akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Seks juga dilakukan sesuai tuntunan agama, tidak homo/lesbian. Naudzubillahi min dzalik.
          Sekarang saatnya merubah paradigma bahwa membicarakan seks itu bukan sesuatu yang tabu. Siapa lagi yang mendidiknya kalau bukan ibunya. Meskipun dalam teknisnya hal tersebut tidak cukup dilakukan sendiri, kita harus bekerjasama dengan suami, keluarga besar, tetangga/ lingkungan.
         Hal paling dasar supaya kita bisa menyampaikan pendidikan seks secara benar pada anak kita kuncinya adalah kita harus dapat menjalin komunikasi yang baik dengan anak.
         Demikianlah paparan ini saya sampaikan dan semoga bermanfaat untuk Anda. Mari kita selamatkan anak-anak kita dari pelecehan seksual atau pergaulan bebas.***

Permainan Managemen  Waktu MGBP Kuningan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar